BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Dakwah
Sebagaimana telah dibahas oleh
kelompok sebelumnya, dakwah merupakan suatu proses upaya mengubah suatu situasi
yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia ke jalan Allah
SWT yaitu agama Islam. Para ulama memberi definisi sesuai pemikiran
masing-masing sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Al-Babiy Al-Khuli bahwa dakwah
adalah upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik. Pada
prinsipnya, dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai
dengan garis aqidah, syari'at dan akhlakIslam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda)
dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Sementara kata “metode”, dari
aspek etimologi atau kebahasaan berasal dari dua kata, yaitu meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara). Dalam bahasa Yunani kata “metode” berasal dari kata
“methodos” artinya jalan. Metode disebut sebagai manhaj atau thariqat dalam
bahasa Arab yang berarti tata cara, sedang dalam kamus bahasa Indonesia kata
“metode” berarti cara yang teratur dan sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu;
cara kerja [1].
Jika digabungkan dengan kata “dakwah” maka metode dakwah yaitu cara-cara atau
langkah-langkah sistematis dalam menyampaikan atau menyeru umat ke jalan Allah
SWT sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Cara-cara ini disesuaikan
dengan kondisi-kondisi mad’u (penerima dakwah) agar pesan dapat diterima secara
maksimal oleh mad’u tersebut. Dalam hal ini perlunya dakwah dihubungkan dengan
ilmu-ilmu lain seperti antropologi, psikologi, sosiologi, filosofi, sejarah dan
lainnya. Apabila pesan dakwah diterima baik, maka dakwah tersebut bisa
dikatakan berhasil.
B. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/uuqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya:
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 16 ayat 125).
Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dakwah seyogyanya menggunakan cara-cara walau ayat di atas secara
implisit tidak menngungkapkan metode-metode ilmiah sebagaimana dikaji dewasa
ini. Di dalam bagian ayat di atas disebutkan:
1. Seru dengan hikmah dan
pelajaran yang baik
2. Bantah dengan cara yang baik
3. Tuhan lebih tahu kondisi
keimanan manusia.
Para pakar keilmuan
menyimpulkan dari pengertian ayat di atas bahwa ada tiga metode dalam
menyampaikan dakwah. Pertama ialah bi al-Hikmah, kedua bi al-Mauidhati
al-Hasanah dan ketiga bi al-Lati hiya ahsan.
Sebelum menjabarkan lebih jauh
mengenai metode yang disampaikan oleh para pakar, perlu diperhatikan
metode-metode dakwah lainnya selain teknis dalam menyampaikannya. Dampak dakwah
merupakan kunci selain esensi dakwah sebagai penyampai pesan. Dalam ayat di
atas disebut secara gamblang bahwa menyampaikan dakwah dan membantah pendapat
lainnya harus menggunakan cara yang baik. Cara-cara yang baik umumnya tidak
menyakitkan pihak yang lain sehingga kata tersebut sering diartikan sebagai
diskusi. Segala hal (benar atau salah) diserahkan kepada Allah SWT melalui
penegasan di akhir ayat: ...Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Ketegasan firman tersebut
memberi gambaran atas fenomena yang terjadi belakangan ini, di mana beberapa
kelompok sparatis radikal yang mengatasnamakan agama menyerukan dakwah dengan
segala cara, sehingga penyampaian agama lebih mirip dengan penyampaian politik.
Kelompok-kelompok tak sepaham dianggapnya kafir. Umumnya orang seperti ini
menutup telinga dari argumentasi yang disampaikan oleh orang lain. Hal ini
bertentangan dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl tersebut di atas.
Selanjutnya akan dibahas
metode-metode dakwah yang disusun oleh para pakar keilmuan.
1. Metode Dakwah Al-Hikmah (Bi Al-Hikmah)
Dakwah bi al-hikmah merupakan
suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Artinya dakwah di sini dilakukan tanpa adanya paksaan. Kata “hikmah” bermakna
arif dan bijaksana. Beberapa ulama mengartikan hikmah sebagai berikut
·
Syekh Mustafa Al-Maroghi
Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan
dalil yang dapat mempertegas kebenaran dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
·
Syekh Muhammad Abduh
Mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap
hal.
·
Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nafasi
Menggunakan perkataan yang benar dan pasti,
yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Dari pengertian-pengertian di
atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah merupakan kemampuan penyampai dakwah
(da’i) dalam menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u, sesuai situasi
dan kondisi (muthabaqah li al-muqtadla al-hal). Sehingga pesan dapat diterima
oleh mad’u dengan baik. Mengenai efektifitas dakwah atau keberhasilan dakwah
merupakan rahasia Tuhan.
Hikmah merupakan pokok awal yang harus
dimiliki oleh seorang da’i berdakwah. Dengan hikmah seorang da’i dapat berperan
secara objektif melihat kondisi mad’unya sehingga tidak menimbulkan konflik.
Semisal di sebuah tempat terbiasa melakukan ritual-ritual yang berbeda dengan
apa yang dipahaminya, maka yang sebaiknya dilakukan oleh da’i ialah mempelajari
perilaku masyarakat tersebut dan diteliti melalui kacamata syar’i. Mempelajari
masyarakat ini memerlukan ilmu-ilmu lain, sesuai konsentrasinya.
Da’i yang sukses biasanya tak
lepas dari kemampuan beretorika dan memilik kata. Modal penting ini diperlukan
dalam menarik peserta dakwah seperti yang dicontohkan oleh beberapa da’i di
negara ini.
2. Metode Dakwah Al-Mau’idzatil Hasanah
Kata Al-Mauidzatil Hasanal kerap melekat dalam
pengajian-pengajian dan berbagai kegiatan keagamaan yang di dalam acara
tersebut terdapat ceramah. Ceramah ini yang disebut sebagai mauidzah hasanah
dan mendapat porsi yang khusus sebagai acara yang “ditunggu-tunggu.”
Secara bahasa mauidzah hasanah
terdiri dari dua kata bahasa Arab yakni mauidzah dan hasanah. Mauidzah berarti
nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sedang hasanah berarti baik,
kebaikan. Maka secara terminologi mau’idzah hasanah ialah nasihat atau peringatan
yang membawa kebaikan.
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad
an-Nasai, mauidzah hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi
bagi mereka (mad’u), bahwa engkau (da’i) memberikan nasihat dan menghendaki
manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.
Menurut Abdul Hamid Al-Bilali,
mauidzah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke
jalan Allah dengan cara memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut
agar mereka (mad’u) mau berbuat baik. Dari dua pendapat ini dapat dirumuskan
bahwa mauidzah hasanah terdiri dari beberapa model, di antaranya nasihat,
tabsyir wa tanzir dan wasiat.
1. Nasihat
Nasihat adalah cara yang bertujuan
mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Secara
terminologi berarti memerintah atau melarang atau menganjurkan yang disertai
dalil motivasi dan ancaman.
Beberapa perintah nasihat dalam Al-Qur’an:
a. Surat Al-Ashr ayat 1-3
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$#(#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.”
2. Tabsyir wa tanzir
Tabsir wa tanzir berasal dari dua kata berbahasa Arab, yang
berarti memperhatikan/rasa senang dan peringatan. Tabsyir dalam istilah dakwah
adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi
orang-orang yang mengikuti dakwah. Sedang tandzir ialam penyampaian dakwah di
mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan setelah
kematian beserta konsekuensinya.
Tujuan tabsyir wa tanzir:
·
Memperkuat/memperkokoh iman
·
Memberikan harapan
·
Menumbuhkan semangat beramal
·
Menghilangkan sifat ragu-ragu
·
Memberi peringatan agar waspada
3. Wasiat
Secara etimologi wasiat berasal dari kata bahasa Arab
washa-washia-washiyatan yang berarti pesan penting. Wasiat dibagi menjadi dua:
a. Wasiat orang yang masih hidup
kepada orang yang masih hidup. Dapat berupa ucapan, pelajaran atau arahan
tentang suatu hal.
b. Wasiat orang yang meninggal
(menjelang ajal) kepada orang yang masih hidup, berupa ucapan ataupun benda
(harta waris).
Dalam kontek dakwah, wasiat diartikan sebagai ucapan atau arahan
kepada orang lain (mad’u), terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi.
3.
Dakwah Al-Mujadalah bi Al-Lati Hiya Ahsan
Secara etimologi atau kebahasaan al-mujadalah diambil dari kata
bahasa Arab jadala yang artinya memintal, melilit. Dapat juga berarti berdebat,
perdebatan. Kata jadala dapat bermakna menarik tali guna menguatkan sesuatu.
Orang yang berdebat diibaratkan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya
dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Al-mujadalah diartikan pula sebagai al-hiwar yang berarti bertukar pendapat
yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang
mengharuskan lahirnya permusuhan di antara kedua belah pihak.
Etika menggunakan metode ini,
menurut Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin ditegaskan
agar orang yang bertukar pikiran tidak beranggapan bahwa antara satu dengan
lainnya merupakan musuh. Tetapi anggap forum perdebatan sebagai arena diskusi,
saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran.
Selain menggunakan pendekatan yang disebutkan dalam A-Qur’an,
dalam sebuah haditis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
disebutkan:
“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah
dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadits ini para pakar menyimpulkan ada 3 (tiga) tahapan metode,
yaitu:
1. Metode dengan tangan (bil yad).
Tangan secara tekstual diartikan sebagai tangan yang digunakan dalam
menggunakan situasi kemungkaran. Secara tekstual kata “tangan” dapat diartikan
sebagai kekuatan kekuasaan (power). Metode ini efektif bila dilakukan oleh
penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dengan lisan (bil
lisan). Maksudnya dengan perkataan yang baik, lemah lembut dan dapat dipahami
oleh penerima dakwah (mad’u), bukan dengan kata-kata sukar apalagi menyakitkan
hati.
3. Metode dengan hati (bil qalb).
Tahapan ini digunakan dalam situasi yang sangat berat. Ketika mad’u sebagai
penerima pesan menolak pesan yang disampaikan, mencemooh bahkan mendzalimi
da’i, yang sebaiknya dilakukan oleh da’i ialah bersabar serta terus mendo’akan
agar pesan dakwah dapat diterima suatu saat nanti.
C. Sumber Sumber Metode dakwah
1. Al-
Qur’an
Al-
quran sebagai kitab suci yang di gunakan umat islam sebagai pedoman hidup atau
sebagai dasar setiap tingkah laku kita haru sesuai dengan al – quran . di dalam
al-quran banyak sekali ayat ayat yang membahas tentang dakwah . di antara ayat
ayatnya adalah ada yang berhubungan dengan kisah p nabi serta para rassul dalam
menghadapi umatnya guna untuk melancarkan dakwah dakwahnya.
2. Sunah
Rasul
3. Sejarah
Hidup para Nabi
4. Pengalaman
BAB III
Kesimpulan
Dakwah
adalah salah satu kewajiban atau keharusan setiap umat manusia dalam rangka
mengembang serta memajukan agama islam sebagaimana yang telah di
contohkan Nabi besar kita Nabi muhammad SAW. Dalam aktivitasnya adalah:
a. Petuah
atau nasihat.
dakwah juga merupakan salah satu
kegiatan alternatif yang dapat dilakukan manusia yang diharapkan dapat membawa
pengaruh besar terhadap kemajuan agama islam itu sendiri.
Metode dakwah itu mencangkup tiga
bagian yaitu :
1. Al
– Hikmah ( الحكمة )
2. Al
- Mau’idza Al – Hasanah
Adapaun klasifikasi dari mau’izhah hasanah Bimbingan, pengajaran
(pendidikan).
b. Kisah-kisah
c. Kabar
gembira dan peringatan
d. Pesan-pesan
positif
3. Al-
Mujadalah Bi - al - Lati Hiya Ahsan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas kunjungannya jangan lupa komen