PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, dimana
pendidikan menjadi suatu kebutuhan manusia dalam meninjau masa depannya,
apalagi sebagai oranng yang memeluk agama islam, paling tidak harus mengetahui
mengenai aturan kehidupan yang akan dijalaninya. Karena sebagai umat muslim ada
aturan-aturan yang tidak lepas dari kehidupan kita sekalian. Dalam melaksanakan
ibadah memerlukan ilmu pengetahuan tentang ibadah, ada perkara wajib dan sunnah
dalam melaksanakan ibadah baik itu ibadah maqdah maupun ibadah ghairu maqdah.
Nah, hal tersebutlah menjadi alasan pentingnya pendidikan untuk kehidupan kita.
Dalam hal ini lukman member pengajaran kepada anaknya tentang
kebenaran dan meninggalkan perbuatan kemusyrikan. Karena kemusyrikan adalah
kezaliman yang besar. Maka dari itu kita sebagai orang tua, baik bagi orang tua
di rumah, maupun orang tua di sekolah harus betul-betul mengajar anak atau
peserta didik dengan baik dan penuh kelembutan sebagaimana lukman dalam mendidik
anaknya yang telah dikisahkan di dalam Al-qur’an.
Dalam kehidupan kita banyak sekali dijumpai hal-hal yang
bertentengan dengan hukum Al-qur’an dan hadis maka dari itu disinilah fungsi
pendidikan untuk memilah man yang hak dan mana yang bathil. Sejak kecil anak
sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tua melalui keteladanan dan
kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik dan tidaknya keteladanan yang
ditampilakan akan mempengaruhi jiwa dan tingkah laku anak. Keteladanan dan
tingkahlaku kedua orang tua, tidak terlepas dari pengamatan anak. Meniru suatu
hal yang orang tua lakukan adalah sesuatu yang sering anaklakukan dalam tahapan
perkembangannya. Maka dari itu tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak
sangatlah besar untuk penanaman ahlak yang baik dan luhur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH LUKMAN AYAT
13-19
Dalam mendidik seorang anak, sudah pastilah orang tua harus
mengetahui bagaimana cara menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik terhadap
seorang anak. Karna orang tualah yang menjadi lingkungan yang pertama di tempuh
oleh seorang anak dalam mendapatkan pendidikan. Nilai-nilai pendidikan itu,
dapat diambil oleh seorang anak melalui proses pengajaran (nasehat-nasehat) dan
keteladanan dalam artian apa yang dicontohkan oleh kedua orang tua, sangat
berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak. Sebagai mana yang telah
dipelajari dalam psikologi pendidikan, dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan anak akan cenderung meniru kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
kedua orang tuanya. Maka dari itu keteladanan yang baik yang seharusnya
diperlihatkan kepada seorang anak, karna keteladanan adalah bagian dari proses
pendidikan anak.
Di
bawah ini, adalah konsep yang diterapkan oleh Lukman dalam mendidik anaknya:
1.
Q.S
Lukman[31] Ayat 13
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã
Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Kata يَعِظُ (ya’izuhu) yaitu pengajaran yang mengandung nasihat kebajikan
dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang memaknai sebagai ucapan yang
mengandung peringatan.[1] Kata
bunayya adalah panggilan untuk anak laki-laki. Dimana panggilan tersebut
mengandung kasih sayang. Lukman memulai nasehatnya kepada putranya dengan
menekankan perlunya menghindari perbuatan syirik, karena perbuatan syirik adalah
kedzaliman yang amat besar. Kita telah megetahui bahwa zalim adalah menempatkan
sesuatu yang bukan pada tempatnya. Suatu kezaliman yang besar jika menjadikan
mahluk sebagai tuhan.
Nlai pendidikan yang terkandung dalam surah ini, yaitu bagaimana
seharusnya menjadi seorang pendidik dalam berikan pengajaran kepada anak. Kita
harus memulai dengan kelembutan. Ini adalah salah satu metode yang digunakan
oleh Lukman sebagai mana dikisahkan dalam ayat diatas. Disamping itu, kita
tidak boleh luput dalam mengulanginya untuk member nasehat.[2]
Dalam mengajar harus banyak menasehati anak tentang hal-hal kebaikan terutama
menyangkut ibadah kepada Allah SWT.
Setelah melihat bagaimana Lukman dalam mendidik anak, maka
dilanjutkan dengan ayat berikutnya yang membahas atau mengajar kita bagaimana
dalam bergail dan berbuat baik kepada kedua orang tua:
2.
Q.S
Lukman[31] Ayat 14
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun[1180].[3]
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Kata (ووصينا) wawasayna. Yaitu berpesan dengan sangat kukuh kepada manusia
menyangkut kedua orang tua mereka, agar selalu berbuat baik kepada keduanya.[4] Kata
(وهنا)
wahnan yaitu kelemahan yang dirasakan oleh seorang ibu untuk memikul beban
kandungan yang kian memberat sesuai dengan usia kandungan. Maka untuk itulah
kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, dan bersyukur kepada Allah
yang menciptakan kita melalui perantara keduanya dan bersyukur pula kepada kedua
orang tua yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada kita sebagai
seorang anak.
Nilai pendidikan yang harus kita ambil yaitu bagaimana cara untuk
mempergauli kedua orang tua baik mereka sudah lanjut usia yang dalam
pemeliharaan kita.
3.
Q.
S. Lukman[31] Ayat 15
bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Setelah ayat lalu menekankan tentang pentingnya berbuat baik kepada
orang tua, maka dalam ayat diatas dinyatakan pengecualian untuk mentaati
perintah kedua orangtua. Kata ( جاهداك) terambil dari kata (جهد) juhd yakni
kemampuan atau sungguh-sungguh. Kata ini digunakan dalam ayat karena adanya
upaya sungguh-sungguh. Dalam hal ini, sebagaimana makna kata اكجهد adanya unsur paksaan dari orang tua untuk
mentaati kemauanya yang melencengkan aqidah maka tidak harus diikuti apalagi
hanya sekedar ajakan.[5]
Asbab nuzul ayat ini berkenaan Sa’ad bin Malik. Sa’ad bin Malik
mengatakan, “aku sangat mencintai ibuku. Saat aku masuk islam ibuku tidak
setuju dan berkata, ‘anakku, kau pilih salah satu, kamu tinggalkan Islam atau
aku tidak akan makan sampai aku mati. Aku bertekad untuk tetap memeluk Islam.
Namun ibuku malaksanakan ancamannya selama tiga hari tiga malam. Aku bersedih
dan berkata, ‘ibu, jika ibu memiliki seribu jiwa (nyawa) dan satu persatu
meninggal, aku akan tetap dalam Islam. Karena itu terserah ibu mau makan atau
tidak, ahirnya ibuku pun luluh dan mau makan kembali.” (H.R. at-Tabrani).
Nilai-nilai pendidikan yang bias kita ambil jika dikaitkan dengan
Al-qur’an surah lukman ayat 15:
a.
Peran
orangtua bukanlah segalanya, melainkan terbatas dengan peraturan dan
norma-norma ilahi.
b.
Dalam
dunia pendidikan, pendidik tidak mendominasi secara mutlak, tidak semua harus
diterima oleh anak didik melainkan anak didik perlu memilah yang benar berdasarkan
nilai-nilai Islamiyah. Yaitu merujuk pada Al-qur’an dan As-sunnah.
c.
Dalam
persoalan keduniaan, kita harus mematuhi kedua orang tua dan berbakti atau
memberikan haknya, namun kalau persoalan aqidah tidak seharusnya kita
mengikuti.[6]
4.
Q.S.
Lukman[31] ayat 16
¢Óo_ç6»t !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5Ayöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù't $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ×Î7yz ÇÊÏÈ
"Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus[1181][7]
lagi Maha mengetahui.
Ayat diatas merupakan lanjutan nasihat Lukman kepada anaknya. Bahwa
sekecil apapun itu, akan ada balasan dari perbuatan tersebut. Sebagaimana
firman Allah pada ayat sebelumnya: “maka akan Ku-beritahukan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” Ayat diatas pun dipertegas di dalam Q.S Al-anbiya’[21]:47
yang berbunyi:
“Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka
tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi,
pasti kami mendatangkannya(pahala). Dan cukuplah kami membuat perhitungan,”
Perumpamaan biji sawi, dinyatakan dalam surah ini, karena biji sawi
sangatlah kecil. Dalam tafsir Al-Muntakhab yang melukiskan biji tersebut. Di
dalam tafsir tersebut dibahas bahwa 1 kg biji ( خردل (atau sawi terdiri atas 913.000 butir.
Dengan demikian berat satu biji sawi sama dengan 1/1000 gram.
Kata ( لطيف ) diambil dari akar kata لطف lathafa yang berarti lembut, halus.
Artinya Allah maha halus yaitu walau sekecil apapun Allah mengetahuinya. Nilai
pendidikan yang bisa kita ambil yaitu pengarahan kepada manusia bahwa tidak ada
sesuatu yang dikerjakan melainkan ada balasan sekecil apapun itu. Dan kita sebagai seorang
pendidik, kita terus meluruskan walaupun menyangkut hal-hal kecil.
5.
Q.S
Lukman[31] ayat 17
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
Diatas adalah lanjutan nasihat dari Lukman kepada anaknya,
terkait perintah sholat, dan menyuruh anaknya memerintahkan kepada setiap orang
untuk melakukan hal-hal yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan kemungkaran dan
bersabarlah. Karena hal yang ketiga tersebut merupakan hal-hal yang diutamakan.
Dalam menjalankan wasiat Lukman tersebut tidaklah mudah
melainkan ada banyak rintangan yang dihadapi ketika menyampaikan hal-hal yang
baik. Ini sama halnya yang dirasakan
Rasulullah saat berdakwah, betapa banyak rintangan yang dialami sampai-sampai
beliau rela dilempari kotoran dan batu untuk menegakkan kebenaran.
Nilai pendidikan yang
bisa diambil dari ayat ini adalah:
1. Kewajiban mendidik
diri sendiri sebelum mendidik orang lain.
2. Sebagai seorang
pendidik, perlunya kesabaran dan penuh kasih sayang tanpa membedakan peserta
didik.
6. Q.S
Lukman[31] Ayat 18
wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ
Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Nasihat Lukman kali ini adalah akhlak dan sopan santun dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. hal yang disebutkan diatas sering kali
terjadi dalam kehidupan sehari-ari kita. Kadang kala orang yang pernah kenal
baik dengan kita, saat mendapati posisi yang tinggi seakan malu dan memalingkan
muka saat bertemu karena posisi dan status sosial sudah beda lagi dengan kita.
Kata (تُصَعر) tusha’ir terambil dari kata (الصَعر) ash-sha’ar yaitu penyakit yang menimpa unta,
dam menjadikan lehernya keseleo. Sehingga ini memaksakan dia dan berupaya keras
agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju pada syaraf lehernya yang
mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah menggambarkan upaya keras dari
seorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain.[8]
Telah digambarkan diatas nasihat Lukman kepada anaknya, yaitu
nasihat untuk tidak menyombongkan diri, dan jangan berjalan dengan angkuh.
Karena itu merupakan perbutan yang tidak disukai oleh Allah SWT.
Nilai pendidikan yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah etika
dalam berbicara atau berdialog untuk tidak merendahkan orang yang kita ajak
bicara atau bertukar fikiran. Ayat ini mengajarkan kita konsep berdialog antara
sesama manusia. [9]
7.
Q.S
Lukman[31] Ayat 19.
ôÅÁø%$#ur Îû Íô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎÏJptø:$# ÇÊÒÈ
Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan[1182][10]
dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Kata ( وَا قْصِدْ فى مَشْيِكَ ) “dan sederhanalah kamu dalam berjalan”.
Yaitu berjalan secara sederhana maksudnya adalah tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat namun adil yaitu mengambil pertengahan. Kata (وَاْ غْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ) “dan lunakkanlah suaramu.” Yaitu janganlah
kamu berlebihan dalam berbicara dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang
tidak bermanfaat.[11]
Sehingga, dari itulah Allah SWT berfirman: (اِن اَنكَرَ اْلأصْوَاتِ لصَوْتُ الحمير) “Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai”.
Mujahid dan banyak Ulama berkata: perumpamaan keledai orang yang mengangkat
suaranya tinggi-tingi, disamping itu merupakan hal yang dimurkai oleh Allah.
Nilai pendidikan yang bisa kita ambil jika dikaitkan dengan dunia
pendidikan, yaitu: dalam berbicara kita harus bertutur yang sopan dan tidak
berlebihan dan ini terkait dengan etika dalam diskusi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ayat 13-19 tiga kali di sebutkan يبُنَيَّ itu
mengisyaratkan dalam mengajar anak harus dilandaskan dengan panggilan kasih
sayang, agar hati anak luluh dan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang tua.
Diatas juga sudah dijelaskan bahwasanya kita harus terus-terus menasehati, ini
merupakan metode yang dilakukan oleh Lukman Hakin dalam mendidik anaknya. Dalam
bergaul dengan orang tua, kita harus berlaku santun. Kemudian, kita harus
mempersiapkan bekal pendidikan yang mantap kepada anak, karena ajal tidak
diketahui kapan datangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alu Syaikh, Abdurrahman Bin Ishaq. TAFSIR IBNU KATSIR Jilid 4.
Jakarta: Pustaka imam Asy- Syafi’i
Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-qur’an. Jakarta : Lentera Hati Volume 11.
http://safardanial21.blogspot.co.id/2015/05/tafsir-ayat-pendidikan-anak-qs-luqman.html
[1]
Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an, Lentera
hati. Vol 11, hlm. 127.
[2]
ibid
[3]
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu
menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
[4]
Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an, Lentera
hati. Vol 11, hlm. 129.
[5]
Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an,
Jakarta: Lentera hati. Vol 11, hlm. 132.
[6]
http://safardanial21.blogspot.co.id/2015/05/tafsir-ayat-pendidikan-anak-qs-luqman.html
[7]
[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha
Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
[8]
Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH: pesan,
kesan dan keserasian Al-qur’an, Jakarta: Lentera hati. Vol 11, hlm. 139.
[9]
Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-qur’anul Adzim, Kairo, 2000: 56.
[10]
[1182] Maksudnya: ketika kamu berjalan,
janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
[11]
Alu Syaikh, Abdurrahman Bin Ishaq. TAFSIR IBNU KATSIR Jilid 4.
Jakarta: Pustaka imam Asy- Syafi’I, Hal 784.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas kunjungannya jangan lupa komen