BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang intern dalam kehidupan manusia.
Dan, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal
itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah
perjalanannya memiliki berbagai dinamika. Eksistensi pendidikan Islam
senyatanya telah membuat kita terperangah dengan berbagai dinamika dan
perubahan yang ada.
Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu
sepatutnya membuat kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan meningkatkan lagi
kualitas diri, demi peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di
Indonesia. Telah lazim diketahui, keberadaan pendidikan Islam di Indonesia
banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan perkembangan zaman serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada. Sejak dari awal pendidikan Islam, yang
masih berupa pesantren tradisional hingga modern, sejak madrasah hingga sekolah
Islam bonafide, mulai Sekolah Tinggi Islam sampai Universitas Islam, semua tak
luput dari dinamika dan perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang
maksimal. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita mencermati dan memahami
bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, untuk
kemudian dapat bersama-sama meningkatkan kualitasnya, demi tercipta pendidikan
Islam yang humanis, dinamis, berkarakter sekaligus juga tetap dalam koridor
Alqur’an dan Assunah.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan
dicoba untuk dikaji dan digali, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan
terkait pendidikan Islam dan eksistensinya di Indonesia. Beberapa rumusan
masalah tersebut di antaranya:
1.
Bagaimana akar dan awal mula pendidikan Islam di Indonesia?
2.
Apa saja jenis lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
A.
Pesantren; Akar Pendidikan Islam di Indonesia
Terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini
masih menjadi kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun
demikian, mayoritas dari mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan di
Indonesia sekitar abad ke-7 M oleh para musafir dan pedagang muslim, melalui
jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada abad ke-11M
sudah dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk di kepulauan Nusantara melalui
kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Dan, pada abad
itu pula muncul pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-Islaman. Dari
pusat-pusat inilah kemudian akhirnya Islam dapat berkembang dan tersebar ke
seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan dan perluasan Islam itu tidak lain
melalui para pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian
masjid, pesantren atau dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung
sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai
dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan
peserta didiknya. Setelah komunitas muslim daerah terbentuk di suatu daerah
tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid
merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul, di samping rumah tempat
kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa
perlu untuk memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan
dan pembelajaran Islam. Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti
pesantren, dayah ataupun surau. Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi
hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran
Islam setelah keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus
berkembang hingga sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati
dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata
kependidikan Islam di tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian
berlanjut dengan pasang surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika
pesantren telah menjadi akar pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya,
dalam pesantren telah terjadi proses pembelajaran sekaligus proses pendidikan;
yang tidak hanya memberikan seperangkat pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai
(value). Dalam pesantren, terjadi sebuah proses pembentukan tata nilai yang
lengkap, yang merupakan proses pemberian ilmu secara aplikatif.
Menurut Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang
Pendidikan Islam, disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren
antara lain:
a.
Kyai, sebagai figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai
sumber ilmu pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.
b.
Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh
Kyai dan diikuti para santri.
c.
Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping
menjadi pusat peribadatan.
d.
Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
e.
Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama
mereka menuntut ilmu dari Kyai.
Sedangkan dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan, di
pesantren menggunakan dua sistem yang umum, yakni:
a.
Sistem “sorogan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri
mendatangi seorang guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya
berbahasa Arab.
b.
Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam
sistem ini, sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang
membacakan, menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri
memperhatikan kitab masing-masing dan membuat catatan yang dirasa perlu.
Kelompok bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka
disebut dengan halaqoh yang arti asalnya adalah lingkaran. Di
pesantren-pesantren besar, ada lagi sistem lain yang disebut musyawarah, yang
diikuti santri-santri senior yang telah mampu membaca kitab kuning dengan baik.
Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami berbagai
dinamika, sejak dari pesantren tradisional hingga pesantren modern.
B.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam setelah Pesantren
Eksistensi pesantren dalam penngembangan pendidikan islam di
Indonesia telah mendorong lahirnya
lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya, antara lain:
1.
Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern
dibanding pesantren, baik ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum
pengajarannya. Kendati demikian, kemunculan madrasah ini tidak lain diawali
oleh keberadaan pesantren. Sebagian lulusan pesantren melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam di beberapa negara Timur
Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir. Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah
itulah yang kemudian akhirnya menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di
Indonesia.
Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan sorogan
ataupun bandongan, melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan
sistem kelas dalam proses pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga
bukan lagi Kyai dan santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode
yang digunakan juga beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung
pada ustad/ustadzah atau guru.
2.
Sekolah-sekolah Islam
Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang
hingga sekarang adalah sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah
merupakan terjemah dari madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa
Arab, sedangkan sekolah adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada
aplikasinya terdapat perbedaan antara madrasah dan sekolah Islam. Madrasah
berada dalam naungan Kementrian Agama (Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot
muatan materi keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding
sekolah Islam.
3.
Pendidikan Tinggi Islam
Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam yang modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang
tertua adalah Sekolah Tinggi Islam (STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan
tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian
dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948 resmi berganti nama menjadi
Universitas Islam Indonesia (UII). Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari
perguruan-perguruan tinggi swasta yang kemudian berkembang menjadi beberapa
Universitas Islam yang populer di Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn
Kholdun di Bogor, Universitas Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam
Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam Malang (UNISMA) di Malang,
Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum
(UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi
Islam di Indonesia banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya:
kredibilitas kepemimpinan, kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan
program akademik yang jelas dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.
C.
Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Tak dapat dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu,
lembaga-lembaga pendidikan Islam juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya
pada pesantren, bahkan madrasah dan perguruan tinggi Islam pun tak luput dari
dinamika yang ada.
Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami
beberapa perubahan dan perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola
pembelajaran dan muatan materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami
perkembangan dengan mengadaptasi beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa
bisa diterapkan di lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin banyak
bermunculan pesantren modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi
konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan
yang dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan
pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah
dan manajemennya mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari
beberapa perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam
kurikulumnya, meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan
mengajar, membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang
diselenggarakan pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.
Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping
kemadrasahan, juga muncul persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model
sekolah barat. Dan, kemunculannya itu antara lain dipicu oleh kebutuhan
masyarakat muslim yang berminat mendapatkan pendidikan yang memudahkan memasuki
lapangan kerja dalam lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang
mensyaratkan memiliki keterampilan tertentu, seperti teknik, perawat kesehatan,
administrasi dan perbankan.
Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai
perubahan dan perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah
satunya dapat diraba dari perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi
Institut, hingga kini menjadi Universitas. Dengan demikian, materi dan bahan
ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi Islam yang kini mayoritas menjadi
Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga
berbagai disiplin ilmu umum.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pada paparan dan analisa di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Pendidikan Islam di Indonesia sejatinya berlangsung sejak masuknya
Islam di Indonesia dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar.
Setelah penggunaan masjid cukup optimal, maka muncullah pesantren yang kemudian
menjadi akar pendidikan Islam di Indonesia.
2.
Keberadaan pesantren sebagai pelopor pendidikan Islam di Indonesia
telah mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lain setelah
pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-sekolah Islam dan Perguruan Tinggi
Islam.
3.
Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga
pendidikan Islam tak luput dari berbagai dinamika yang ada, seiring dengan
perkembangan zaman. Pesantren, dari jenis pesantren tradisional ke pesantren
modern. Madrasah yang semakin memperbaiki kualitasnya dengan berbagai upaya,
salah satunya peningkatan kualitas guru. Dan, perguruan tinggi Islam yang
dulunya masih berstatus Sekolah Tinggi, berkembang menjadi Institut hingga
akhirnya menjadi Universitas.
Daftar Pustaka
Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Hasan, M. T. (2006). Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Jakarta: Lantabora Press.
Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian
Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren . Jakarta: INIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas kunjungannya jangan lupa komen