Senin, 01 Januari 2018

HUBUNGAN LEADERSHIP DALAM PENDIDIKAN DENGAN SUPERVISI PENDIDIKAN

HUBUNGAN LEADERSHIP DALAM PENDIDIKAN DENGAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Supervisi dan Evaluasi Pendidikan
Dosen Pembimbing : Dr.H. Siskandar, M.A

logo ptiq.jpg

Di susun oleh
ROKIMIN
PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU QUR’AN JAKARTA
TAHUN 2017 M/1438 H


BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Masalah pemimpin dan kepemimpinan di dalam agama Islam mempunyai aspek tersendiri di antara berbagai aspek kehidupan yang disorot oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam kehidupan ibadah formil yang dimanifestasikan melalui shalat berjama’ah di mana ada Imam dan Ma’mum, sampai kepada masyarakat terkecil di dalam keluarga, maka pemimpin dan kepemimpinan ini menonjol sekali. Bahkan di dalam pandangan agama Islam sesungguhnya setiap individu itu adalah pemimpin, setidak-tidaknya (dalam batas yang paling minimal) ia akan mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas dirinya di hadapan Allah Swt.
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONSEP KEPEMIMPINAN
1.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berasal dari memimpin (lead). Kata lead berasal dari kata Anglo Saxon yang artinya jalur perjalanan kapal yang mengarahkan pelaut. Kata leader digunakan pada awal abad ke-13. Bush menyatakan bahwa pemimpin adalah orang yang menentukan tujuan-tujuan, memotivas, dan menindak bawahannya. Pemimpin adalah orang yang memimpin, memberdayakan guru dan tenaga administrasi sekolah, mewakili sekolah, mengarahkan, memotivasi, dan menginspirasi bawahannya.[1]
Beberapa ahli berpendapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
a.       Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
b.      Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
c.       Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
d.      Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
e.       Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
f.       Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.[2]
Kepemimpinan di dalam lembaga pendidikan berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah atau rektor mampu untuk mendorong kinerja para guru atau dosen dan staf pegawainya serta menunjukkan sifat yang bersahabat, dekat, perhatian, serta penuh pertimbangan terhadap para guru baik secara kelompok maupun secara individual. Seorang pemimpin diharapkan dapat memengaruhi kelompok orang atau individu lain agar dapat melakukan tugas secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Berarti seorang kepala sekolah atau rektor harus mampu mempengaruhi guru atau dosen dan staf pegawainya untuk melakukan tugas dengan baik. Jika pemimpin tidak mampu untuk memengaruhi bawahannya, maka kepemimpinannya termasuk gagal, dan akibatnya perjalanan di dalam tubuh organisasi tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Menurut Stoner, kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari kelompok anggota yang saling berhubungan dalam tugasnya.[3] Sedangkan menurut Robbinson, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Sedangkan menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah seseorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
2.      Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a)      Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
b)      Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
c)      Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
d)     Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
e)      Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agar diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
f)       Fungsi me­mberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. [4]
B.     SUPERVISI PENDIDIKAN
1.      Pengertian Supervisi
Setiap aktivitas besar maupun kecil yang tercapainya tergantung kepada beberapa orang, diperlukan adanya koordinasi di dalam segala gerak langkah. Untuk menggerakan hal tersebut pimpinan atau Kepala Sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi di sekolahnya dalam setiap bidang. Usaha Kepala Sekolah dan guru-guru untuk mengetahui setuasi lingkungan sekolah dalam segala kegiatannya dinamakan supervisi atau suatu pengawasan.
Sedangkan Supervisi itu sendiri adalah secara etimologis berasal dari bahasa Inggris to supervise atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary disebutkan bahwa supervisi adalah a watching and directing yaitu melihat dan mengawasi. Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang di rencanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan  secara  efektif.[5]
Dalam dunia pendidikan, supervisi selalu mengacu kepada kegiatan memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini sudah tentu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang lain, seperti upaya meningkatkan pribadi guru, meningkatkan profesinya, kemampuan berkomunikasi dan bergaul, baik dengan warga sekolah maupun dengan masyarakat, dan upaya membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Kegiatan-kegiatan di atas juga tidak bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, yaitu menghasilkan lulusan yeng berkualitas.
Supervisi merupakan suatu upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran dengan jalan meningkatkan kompetensi dan keterampilan guru melalui bimbingan profesional oleh pengawas sekolah. Supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan fokus, melakukan bimbingan profesional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik secara individual maupun secara kolektif.[6]
Supervisi merupakan suatu bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan  bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-muridnya.[7]
Supervisi adalah memberi pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif. Supervisi dilakukan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru agar lebih berdaya, dan situasi belajar mengajar lebih baik, pengajaran menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya.[8]
2.      Tujuan Supervisi
Keberhasilan suatu pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor tidak terlepas dari peranan pengawas, kepala sekolah dan guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada para guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang di hadapi selama proses pendidikan berlangsung. Oleh karena itu ada beberapa tujuan supervisi pendidikan.
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses pembelajaran secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina profesi guru termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses pembelajaran.[9]
Supervisi kepala sekolah perlu memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus sehingga dapat membantu mencari dapat membantu kegiatan supervisi yang efektif. Menurut N.A Amentembun tujuan supervisi antara lain :
a.       Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam mencapai tujuan.
b.      Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.       Meningkatkan kesadaran terhadap tatakerja yang demokratis dan komprehensif.
d.      Memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu kerjanya secara maksimal dalam profesinya.
e.       Membantu guru untuk lebih dapat dimanfaatkan pengalamannya sendiri.
f.       Membantu guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam kontak tujuan perkembangan peserta didik.[10]
3.      Fungsi Supervisi Pendidikan
Supervisi berfungsi sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi masalah, baik yang dihadapi guru maupun siswa. Supervisi juga berfungsi sebagai peningkatan kemampuan hubungan manusia, untuk mencapai tujuan, guru maupun kepala sekolah tidak dapat melakukan sendiri, maka perlu kerjasama dan bantuan sesama guru, kepala sekolah ataupun masyarakat.[11]
Fungsi Supervisi, Pertama. Meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kedua. Mendorong dan Menoptimasi unsur-unsur yang terkait dengan proses pembelajaran. Ketiga, membina dan memimpin, yakni muaranya adalah semua sumber daya yang tersedia di sekolah dapat secara konsisten dan taat atas asas berkerja pada koridornya. [12]
Secara singkat menurut Daryanto fungsi supervisi pendidikan adalah:
a.       Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala bidang.
b.      Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah.
c.       Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan.[13]

4.      Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Supervisi merupakan aktivitas menentukan yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat ditentukan sebagai proses pmbantuan. Dengan kata lain, pembantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Supervisi tertuju pada perkembangan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan melalui dorongan, bimbingan dan pemberian kesempatan. Adapun ruang lingkup supervisi pendidikan yaitu:[14]
1.        Supervisi Bidang Kurikulum
2.        Supervisi Bidang Kesiswaan
3.        Supervisi Bidang Kepegawaian
4.        Supervisi Bidang Sarana Dan Prasarana
5.        Supervisi Bidang Keuangan
6.        Supervisi Bidang Humas Dan
7.        Supervisi Bidang Ketatausahaan.
Ruang lingkup supervisi dalam tujuan bidang ini mengaruskan supervisor mempelajari semua bidang ini tanpa terkecuali. Sebab, melakukan supervisi tanpa memahami bidang yang disupervisi tidak efektif, karena tidak jelas, semua bidang ini disupervisi karena satu dengan yang lain saling berkaitan, sehinggam nejadi satu sistem yang terpadu yang tidak bisah dipisahkan.
C.    Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan
Hubungan antara kepemimpinan dengan supervisi sangat erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa supervisi. Supervisi berperan sangat menentukan dalam hal berhasil tidaknya suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin yang sukses, di antaranya adalah keahlian dirinya dalam menguasai supervisi yang efektif.
Tujuan Evaluasi Program Arikunto dan Jabar mengatakan bahwa tujuan diadakannya supervisi adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program. Ada tujuh elemen yang harus dilakukan menurut Brikerhoff dalam Arikunto dan Jabar, untuk pelaksanaan evaluasi, yaitu: 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation), 2) penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation), 3) pengumpulan informasi (collecting information), 4) analisis dan intepretasi informasi (analyzing and interpreting), 5) pembuatan laporang (reporting information), 6) pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan 7) evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation).
Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari supervisi yang tidak hanya terfokus pada penilaian melainkan lebih mengarah kepada proses pembimbingan dan pengaraha. Hal ini juga yang menjadi tugas yang paling esensial dari seorang pemimpin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan supervisi pendidikan ini saling terkait, tak terpisahkan satu sama lain.



BAB III
KESIMPULAN
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan pengalamam.
            Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua tumpuan dan harapan berada di tanganya.




DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah,(Cet.1;Jogjakarta:Diva Press,2012).,
Anizah dan Winda Fitri Maretta, Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, dalam Jurnal JMKSP, Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017.
Chaniago,Nasrul Syakur Manajemen Organisasi, (Citapustaka, Bandung: 2011)
Daryanto, administrasi Pendidikan, Cetakan 6 (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
Danim ,Sudarwan dan Khairil, Profesi Kependidikan, Cetakan 4 (Bandung: Alfabeta, 2013),
Karwati ,Euis dan Donni Juni Priansa, Kenerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Mebangun Sekolah yang Bermutu, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta, 2013 ),
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,  2011),
Usman , Husaini, Model Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3,
Umam,Khaerul, Manajemen Organisasi,(Pustaka Setia, Bandung: 2012) 
Priansa ,Donni juni & Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta , 2014),
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar ( learning Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta, 2012),









[1]Husaini Usman, Model Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3, hal.322.

[2] Khaerul Umam, Manajemen Organisasi,(Pustaka Setia, Bandung: 2012) hal,122-125.
                  [3] Anizah dan Winda Fitri Maretta, Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, dalam Jurnal JMKSP, Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017.

[4]  Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, (Citapustaka, Bandung: 2011) hal. 79.
[5]Donni juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta , 2014), hlm. 83.
[6] Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, Cetakan 4 (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 154
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,  2011), hlm. 313
[8] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kenerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Mebangun Sekolah yang Bermutu, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta, 2013 ), hlm. 204-205.
[9] Jamil Suprihatiningrum, op.cit., hlm. 291.
[10]Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 316.
[11] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar ( learning Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 103.
[12] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar ( learning Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 158.
[13] Daryanto, administrasi Pendidikan, Cetakan 6 (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 179.
[14] Jamal, Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah,(Cet.1;Jogjakarta:Diva Press,2012)., h.38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih atas kunjungannya jangan lupa komen

iklan otomatis