HUBUNGAN LEADERSHIP DALAM
PENDIDIKAN DENGAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Studi Supervisi dan Evaluasi Pendidikan
Dosen Pembimbing : Dr.H. Siskandar, M.A
Di susun oleh
ROKIMIN
PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU QUR’AN JAKARTA
TAHUN 2017 M/1438 H
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir,
kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.Manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan, manusia hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok
tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu
selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Masalah pemimpin dan kepemimpinan di
dalam agama Islam mempunyai aspek tersendiri di antara berbagai aspek kehidupan
yang disorot oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam kehidupan ibadah formil yang
dimanifestasikan melalui shalat berjama’ah di mana ada Imam dan Ma’mum, sampai
kepada masyarakat terkecil di dalam keluarga, maka pemimpin dan kepemimpinan
ini menonjol sekali. Bahkan di dalam pandangan agama Islam sesungguhnya setiap
individu itu adalah pemimpin, setidak-tidaknya (dalam batas yang paling
minimal) ia akan mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas dirinya di hadapan
Allah Swt.
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan
lebih diarahkan untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat
mengamalkan apa yang tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan.
Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan
teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional
ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP KEPEMIMPINAN
1.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berasal dari memimpin (lead). Kata lead berasal dari kata Anglo Saxon yang artinya jalur
perjalanan kapal yang mengarahkan pelaut. Kata leader digunakan pada awal abad
ke-13. Bush menyatakan bahwa pemimpin adalah orang yang menentukan
tujuan-tujuan, memotivas, dan menindak bawahannya. Pemimpin adalah orang yang
memimpin, memberdayakan guru dan tenaga administrasi sekolah, mewakili sekolah,
mengarahkan, memotivasi, dan menginspirasi bawahannya.[1]
Beberapa ahli berpendapat tentang Pemimpin,
beberapa diantaranya :
a.
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
b.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang
menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol
para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi
demi mencapai tujuan perusahaan.
c.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang
yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius,
dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.
d.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang
menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan
memimpin.
e.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang
membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi
memerlukan pemimpinnya itu.
f.
Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.[2]
Kepemimpinan di dalam lembaga
pendidikan berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah atau rektor mampu untuk
mendorong kinerja para guru atau dosen dan staf pegawainya serta menunjukkan
sifat yang bersahabat, dekat, perhatian, serta penuh pertimbangan terhadap para
guru baik secara kelompok maupun secara individual. Seorang pemimpin diharapkan
dapat memengaruhi kelompok orang atau individu lain agar dapat melakukan tugas
secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Berarti seorang kepala sekolah
atau rektor harus mampu mempengaruhi guru atau dosen dan staf pegawainya untuk
melakukan tugas dengan baik. Jika pemimpin tidak mampu untuk memengaruhi
bawahannya, maka kepemimpinannya termasuk gagal, dan akibatnya perjalanan di
dalam tubuh organisasi tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Menurut Stoner, kepemimpinan
didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari kelompok anggota yang saling berhubungan dalam tugasnya.[3] Sedangkan menurut Robbinson,
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian
sasaran. Sedangkan menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah seseorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu
bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan. Jadi dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan,
dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok.
2.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a)
Fungsi
Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang
menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi.
b)
Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang
senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan
terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan
bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng
terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh
sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam
maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang
muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
c)
Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini
tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah
dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin
sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah
laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak
pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
d)
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan
fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan
adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk
dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah
ditetapkan dalam rencana .
e)
Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan
fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin
yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang
kurang berani mengambil keputusan.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks
sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agar
diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil
keputusannya.
f)
Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh
perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat,
membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan
prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah
yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat
diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya
diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. [4]
B.
SUPERVISI PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Supervisi
Setiap aktivitas besar maupun kecil yang
tercapainya tergantung kepada beberapa orang, diperlukan adanya koordinasi di
dalam segala gerak langkah. Untuk menggerakan hal tersebut pimpinan atau Kepala
Sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi di sekolahnya dalam
setiap bidang. Usaha Kepala Sekolah dan guru-guru untuk mengetahui setuasi
lingkungan sekolah dalam segala kegiatannya dinamakan supervisi atau suatu
pengawasan.
Sedangkan Supervisi itu sendiri adalah secara etimologis berasal dari bahasa Inggris to
supervise atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary
disebutkan bahwa supervisi adalah a watching and directing yaitu melihat
dan mengawasi. Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang di rencanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara
efektif.[5]
Dalam dunia pendidikan, supervisi
selalu mengacu kepada kegiatan memperbaiki proses pembelajaran. Proses
pembelajaran ini sudah tentu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang lain,
seperti upaya meningkatkan pribadi guru, meningkatkan profesinya, kemampuan
berkomunikasi dan bergaul, baik dengan warga sekolah maupun dengan masyarakat,
dan upaya membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Kegiatan-kegiatan di atas
juga tidak bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, yaitu menghasilkan
lulusan yeng berkualitas.
Supervisi merupakan suatu upaya peningkatan
mutu proses dan hasil pembelajaran dengan jalan meningkatkan kompetensi dan
keterampilan guru melalui bimbingan profesional oleh pengawas sekolah.
Supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan fokus,
melakukan bimbingan profesional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik secara individual maupun secara kolektif.[6]
Supervisi merupakan suatu bimbingan
profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala
usaha yang memberikan kesempatan bagi
guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi
dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar murid-muridnya.[7]
Supervisi adalah memberi pelayanan kepada guru
untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar
dengan efektif. Supervisi dilakukan untuk memajukan pembelajaran melalui
pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru agar lebih
berdaya, dan situasi belajar mengajar lebih baik, pengajaran menjadi efektif,
guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya.[8]
2.
Tujuan
Supervisi
Keberhasilan suatu pengawasan yang dilakukan
oleh kepala sekolah atau supervisor tidak terlepas dari peranan pengawas,
kepala sekolah dan guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa
menyelesaikan masalah-masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya.
Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada para guru dan siswa
dalam mengatasi persoalan yang di hadapi selama proses pendidikan berlangsung.
Oleh karena itu ada beberapa tujuan supervisi pendidikan.
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan
dan perkembangan proses pembelajaran secara total, ini berarti bahwa tujuan
supervisi pendidikan tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina profesi guru termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang
kelancaran proses pembelajaran.[9]
Supervisi kepala sekolah perlu memperhatikan
beberapa faktor yang sifatnya khusus sehingga dapat membantu mencari dapat
membantu kegiatan supervisi yang efektif. Menurut N.A Amentembun tujuan
supervisi antara lain :
a. Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah dalam mencapai tujuan.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta
didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c. Meningkatkan kesadaran terhadap tatakerja yang demokratis dan komprehensif.
d. Memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu kerjanya secara maksimal
dalam profesinya.
e. Membantu guru untuk lebih dapat dimanfaatkan pengalamannya sendiri.
f. Membantu guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam kontak tujuan
perkembangan peserta didik.[10]
3.
Fungsi
Supervisi Pendidikan
Supervisi berfungsi sebagai program pelayanan
untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi masalah, baik
yang dihadapi guru maupun siswa. Supervisi juga berfungsi sebagai peningkatan
kemampuan hubungan manusia, untuk mencapai tujuan, guru maupun kepala sekolah
tidak dapat melakukan sendiri, maka perlu kerjasama dan bantuan sesama guru,
kepala sekolah ataupun masyarakat.[11]
Fungsi Supervisi, Pertama. Meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran. Kedua. Mendorong dan Menoptimasi
unsur-unsur yang terkait dengan proses pembelajaran. Ketiga, membina dan
memimpin, yakni muaranya adalah semua sumber daya yang tersedia di sekolah
dapat secara konsisten dan taat atas asas berkerja pada koridornya. [12]
Secara singkat menurut Daryanto fungsi
supervisi pendidikan adalah:
a. Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan,
sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala bidang.
b. Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi
pendidikan di sekolah.
c. Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan
hambatan-hambatan.[13]
4.
Ruang
Lingkup Supervisi Pendidikan
Supervisi
merupakan aktivitas menentukan yang esensial, yang akan menjamin tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat ditentukan sebagai proses
pmbantuan. Dengan kata lain, pembantuan dalam pengembangan situasi belajar
mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Supervisi tertuju pada
perkembangan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan melalui dorongan, bimbingan
dan pemberian kesempatan. Adapun ruang lingkup supervisi pendidikan yaitu:[14]
1. Supervisi
Bidang Kurikulum
2. Supervisi
Bidang Kesiswaan
3. Supervisi
Bidang Kepegawaian
4. Supervisi
Bidang Sarana Dan Prasarana
5. Supervisi
Bidang Keuangan
6. Supervisi
Bidang Humas Dan
7. Supervisi
Bidang Ketatausahaan.
Ruang lingkup
supervisi dalam tujuan bidang ini mengaruskan supervisor mempelajari semua
bidang ini tanpa terkecuali. Sebab, melakukan supervisi tanpa memahami bidang
yang disupervisi tidak efektif, karena tidak jelas, semua bidang ini
disupervisi karena satu dengan yang lain saling berkaitan, sehinggam nejadi
satu sistem yang terpadu yang tidak bisah dipisahkan.
C.
Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan
Hubungan antara kepemimpinan dengan
supervisi sangat erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan
tanpa supervisi. Supervisi berperan sangat menentukan dalam hal berhasil
tidaknya suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin yang sukses, di antaranya adalah
keahlian dirinya dalam menguasai supervisi yang efektif.
Tujuan Evaluasi Program Arikunto dan
Jabar mengatakan bahwa tujuan diadakannya supervisi adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program. Ada tujuh elemen yang harus dilakukan menurut Brikerhoff dalam
Arikunto dan Jabar, untuk pelaksanaan evaluasi, yaitu: 1) penentuan fokus yang
akan dievaluasi (focusing the evaluation),
2) penyusunan desain evaluasi (designing
the evaluation), 3) pengumpulan informasi (collecting information),
4) analisis dan intepretasi informasi (analyzing
and interpreting), 5) pembuatan laporang
(reporting information), 6)
pengelolaan evaluasi (managing evaluation),
dan 7) evaluasi untuk evaluasi (evaluating
evaluation).
Hal ini sejalan dengan tujuan utama
dari supervisi yang tidak hanya terfokus pada penilaian melainkan lebih
mengarah kepada proses pembimbingan dan pengaraha. Hal ini juga yang menjadi
tugas yang paling esensial dari seorang pemimpin. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan dan supervisi pendidikan ini saling terkait, tak terpisahkan
satu sama lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan
seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa
dibandingkan dengan anggota yang lain yang ada pada organisasi itu.
Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu penilaian dari para
anggotanya. Tidak semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak
dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan pengalamam.
Seorang pemimpin harus
mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota merasa diperdayakan dan
diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan dengan prosedur yang
baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua tumpuan dan harapan
berada di tanganya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani,
Jamal Ma’mur, Tips Efektif
Supervisi Pendidikan Sekolah,(Cet.1;Jogjakarta:Diva Press,2012).,
Anizah dan Winda Fitri Maretta,
Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru,
dalam Jurnal JMKSP, Volume 2, No. 1,
Januari-Juni 2017.
Chaniago,Nasrul Syakur Manajemen Organisasi, (Citapustaka, Bandung: 2011)
Daryanto, administrasi Pendidikan, Cetakan 6
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
Danim
,Sudarwan dan Khairil,
Profesi Kependidikan, Cetakan 4 (Bandung: Alfabeta, 2013),
Karwati
,Euis dan Donni Juni Priansa, Kenerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Mebangun Sekolah yang
Bermutu, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta, 2013 ),
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011),
Usman , Husaini, Model Kepemimpinan Instruksional
Kepala Sekolah dalam Jurnal Cakrawala
Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV,
No. 3,
Umam,Khaerul, Manajemen Organisasi,(Pustaka
Setia, Bandung: 2012)
Priansa ,Donni juni & Rismi Somad, Manajemen
Supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta ,
2014),
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajar ( learning Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta,
2012),
[1]Husaini Usman, Model Kepemimpinan Instruksional
Kepala Sekolah dalam Jurnal Cakrawala
Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV,
No. 3, hal.322.
[3]
Anizah dan Winda Fitri Maretta,
Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru,
dalam Jurnal JMKSP, Volume 2, No. 1,
Januari-Juni 2017.
[5]Donni juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan
kepemimpinan Kepala Sekolah, Cetakan 1 (Bandung: Alfabeta , 2014), hlm. 83.
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 313
[8] Euis
Karwati dan Donni Juni Priansa, Kenerja
dan Profesionalisme Kepala Sekolah Mebangun Sekolah yang Bermutu, Cetakan 1
(Bandung: Alfabeta, 2013 ), hlm. 204-205.
[10]Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 316.
[11] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar ( learning
Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 103.
[12] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar ( learning
Organization), Cetakan 3 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 158.
[13] Daryanto, administrasi Pendidikan, Cetakan 6 (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 179.
[14]
Jamal, Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan
Sekolah,(Cet.1;Jogjakarta:Diva Press,2012)., h.38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas kunjungannya jangan lupa komen